
Haki (50) Pekerja Pulau Gusung Sekati mengatakan, untuk pertama kali dia melihat ceceran tarbal mengotori pantai pada, Sabtu (18/4) pagi. Lalu, bersama pekerja lainnnya dia membersihkan ceceran tarbal yang terdampar di pinggir pantai sementara yang berada diatas karang belum bisa dibersihkan. "Kami sudah mengumpulkan 15 karung tarbal, itu pun hanya yang terdampar dipinggir pantai," ungkap Haki.
Menurut dia, karena air sedang surut ceceran minyak mentah berwarnah hitam pekat masih banyak yang menyangkut di karang di sekitar perairan dangkal pulau tempatnya bekerja. "Kami belum bisa membersihkan tarbal yang berada di karang karena terlalu banyak. Mungkin kami mebiarkan sampai air pasang dan tarbal itu terbawa arus," tuturnya.
Mursid (60) seorang nelayan warga RT 06/03 Kelurahan Pulau Tidung, Kepulauan Seribu Selatan memberi kesaksian bahwa di melihat ceceran tarabal mengapung di sekitar perairan Pulau Karas Beras hingga Pulau Gusung Sekati. Dia memperkiarakan panjang pencemaran itu hingga berradius 2 mil arah barat dari Pulau Gusung Sekati. "Perairan itu dipenuhi pek, yang mengapung terbawa arus dari Pulau Gusung Sekati," ungkapnya.
Menurut Mursid, di perairan yang terdapat pencemaran dikelilingi sejumlah pulau, misalnya Pulau Gusung Sekati, Pulau Air, dan Pulau Karang Beras di sebelah utara (Kepulauan Seribu Utara) dan Sebelah selatan (Kepulauan Seribu Selatan) terdapat Pulau Payung Kecil, Pulau Tidung Kecil, dan Pulau Tidung Besar. "Arah arus laut bergerak dari timur ke barat sehingga ceceran tarbal bisa mencemari pantai Pulau Tidung Besar yang banyak terdapat budidaya rumput laut," paparnya.
Sementara itu, Abdul Rachman Andit, Bupati Kepulauan Seribu bereaksi keras atas terjadi pencemaran tersebut. Dia segera meminta Kantor Pengelolahan Lingkungan Hidup (KPLH) Kepulauan Seribu untuk segera melakukan penyelidikan. Bupati menduga pencemaran yang mengotori kali ini serupa dengan pencemaran yang terjadi pada November tahun lalu. "Saya telah perintahkan KPLH segera menuju lokasi dan melakukan penyelidikan," kata Rachman.
Dikatakan dia, arah arus bergerak dari timur yang terdapat jalur lintas kapal internasional dan kilang minyak Balongan, Indramayu, Jawa Barat. "Itu masih dugaan, kita akan intensifkan penyelidikan karena pencemaran yang kerap terjadi mengancam kelanjutan tumbuh kembang ekosistem laut dan kelangsungan hidup tanaman mangrove di Kepulauan Seribu. Apalagi, kami sedang giat mempromosikan wisata bahari," tandas Rachaman.
Reporter : Yudi Nugroho/Zaini Mifta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar