Kamis, Juli 30

Alat Fogging Rusak Berat, Satu Balita Pulau Seribu Kembali Jadi Korban DBD

Satu bulan kebelakangan ini demam berdarah dengue (DBD) masih mengancam warga Kepulauan Seribu, setelah sepuluh anak dirujuk ke rumahsakit dan satu meninggal di Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan. Saat ini, DBD tengah mewabah di Kecamatan Kepualuan Seribu Utara.

Namun sayangnya, disaat kecamatan setempat berusaha mengantisifasi dengan melakukan fogging massal, alat fogging yang dimiliki rusak berat. Dari sembilan alat fogging yang ada hanya satu yang dapat digunakan sisanya rusak berat.

Camat Kepulauan Seribu Utara, Edi Junaidi, mengakui delapan dari sembilan alat fogging yang disiapkan untuk pengasapan massal ternyata tidak berfungsi. Sehingga pengasapan yang dilakukan tidak maksimal karena hanya menggunakan satu alat "Bagaimana kegiatan pengasapan berjalan maksimal jika alat fogging-nya rusak," keluhnya.

Namun begitu, camat tidak mau berputus asa. Dia akan mengusahakan meminja alat tersebut dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta melalui Sudin Kesehatan Kepulauan Seribu. "Warga sudah resah dan meminta segera dilakukan fogging massal. Saya sedang berusaha memperbaiki alat foging yang rusak dan segera meminjam ke Dinas Kesehatan," ungkap Edi di Marina Taman Impian Jaya Ancol usai menghadiri acara Isra Mi'raj di Pulau Kelapa.

Hingga saat ini, Rabu (29/7) tercatat empat balita dirujuk ke rumahsakit dan satu meninggal atas nama Siti Cahyati (3 tahun sebelas bulan), Selasa (28/7) kemarin sekitar pukul 09.00. Balita anak dari pasangan Utuy (43) dan Dahliah (32) warga RT 03/05 Kelurahan Pulau Panggang ini menghembuskan nafas terakhir setelah mengalami panas tinggi selama dua hari di rumahnya di Pulau Pramuka dan pada hari itu juga dikebumikan di TPU Pulau Karya.

Bersamaan dengan tewasnya Siti Cahyati, Egi Nugraha (13) anak lainnya juga positif terserang DBD. Beruntung Egi segera dirujuk ke RS Persahabatan, Jakarta Timur oleh Puskesmas setempat sehingga nyawanya tertolong. "Masih dalam perawatan, kata Dokter sebagian pebulu dara Egi sudah pecah, kalau telat mungkin tidak tertolong," kata Ivan (32) Paman Egi seraya masih bingung memikirkan biaya perwatan keponakannya itu.

Penulis : Khanza Salsabiela

Jumat, Juli 3

Berkat Bantuan Operasinal Nelayan, Syahrullah Jadi Saudagar Ikan

Memang belum lama bantuan operasional nelayan diberikan Pemprov DKI Jakarta bagi 1.357 nelayan di Kepulauan Seribu. Namun, Sayhrullah (43) warga Rt 03/04 Kelurahan Pulau Panggang tahu betul memanfaatkan bantuan tersebut untuk meningkatkan keuntungan usahanya. Pengusaha jual beli ikan ini membelikan Rp 2.340.000 uang batuan yang diterima selama tiga bulan dengan 200 unit boks penyimpanan ikan. Dengan boks itu, dia bisa mengirim ikan langsung ke Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Muara Angke, Jakarta Utara.

"Ikan yang didapat para nelayan saya beli dengan harga yang berlaku di pulau. Lalu, dengan boks yang diberikan es, ikan-ikan tersebut dijual ke TPI Muara Angke," ungkap Syahrullah saat berbibcang dengan beritajakarta.com di Pelabuhan Muara Angke, Jakarta Utara, Jumat (4/7). "Harga ikan di TPI naik hampir 60 persen, di potong biaya pengiriman saya mendapat untung sekitar 40 persen tiap jenis ikan yang terjual,' tambahnya.

Menurut nelayan yang telah banting stir menjadi pengusaha jual beli ikan ini, dari 200 unit boks yang dibeli dari uang bantuan kini telah bertambah menjadi 450 unit boks dan tiap harinya dia mampu mengirim ikan tangkapan nelayan hinggga 160 boks ke Muara Angke. "Kalu modal untuk beli habis, saya bisa mengambil ikan dulu dari nelayan. Setelah ikan kiriman terjual, uang mereka saya bayar. Jadi, kami usahakan saling percaya," katanya.

Dari keberhasilan usaha yang diperolehnya saat ini, Syahrullah tetap memendam obsesi untuk lebih meningkatkan pendapatannya. Selain itu, ia juga ingin nelayan yang menjadi rekan usahanya turut sejahtera. "Sebelum ini, mereka menjual ikan dengan cara langsung ke warga, harganya kurang bagus. Tapi setelah, menjual ke saya harga sedikit lebih baik. Bahkan, 10 nelayan tersebut juga berkat bantuan operasional dari provinsi," terangnya.

Dengan itu, syahrullah berharap Gubernur Provinsi DKI Jakarta kembali mengucurkan bantuan untuk nelayan. "Waktu Pa Gubernur ke Pulau Panggang saya bilang ke dia banyak terimah kasih karena bantuan operasional nelayan yang pertama kali ada itu sangat membantu," seraya menirukan ucapannya saat bersua muka dengan Fauzi Bowo saat berkantor di Kelurahan Pulau Panggang belum lama ini. "Dia (Gubernur. red) bilang mau bantu lagi kalau APBD DKI Jakarta 2009 ini ada alokasi untuk itu," lanjutnya.

Untuk diketahui, pada 28 Desember 2008 lalu Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta melalui Wakil Gubernur Prijanto menyalurkan bantuan bagi 3.010 nelayan untuk biaya operasional selama tiga bulan. Bantuan yang diterima nelayan bervariasi, tergantung dari kapal yang digunakan. Setiap nelayan mendapat bantuan biaya operasional masing-masing Rp 921.600, Rp 1.728.000, Rp 2.340.000, dan Rp 3.456.000 per bulan.

Dikesempatan itu, wagub menjelaskan, bantuan sosial ini diserahkan kepada nelayan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan keluarga nelayan mengingat kebutuhan operasional melaut cukup tinggi. Bantuan sosial ini diharapkan bisa membantu perekoniman para nelayan. Enam bulan berlalu, sejumlah nelayan Kepulauan Seribu yang menerima bantuan meningkat perekonomiannya. Bahkan , Syahrullah yang sebelumnya hanya nelayan tangkap biasa sekarang telah menjadi saudagar ikan yang mampu mengatongi keuntungan hingga 10 juta per bulan.

Pengikut

beritapulauseribu.com

beritapulauseribu.com
Website Berita & Wisata Kepulauan Seribu