Lama kelamaan perahu pun terbalik. Fatimah langsung terjatuh ke dasar laut bersama dengan tempayan yang dibawanya. Sang suami yang mengetahui istrinya tenggelam ke dasar laut, langsung menceburkan dirinya untuk menolong istrinya.
Karena ombak besar, dia berusaha menyelam. Namun, ketika sampai ke dasar laut, Amsar menemukan istrinya sudah tidak bernyawa lagi dengan posisi memeluk tempayan. Karena cintanya yang begitu mendalam terhadap istrinya, Amsar tak kenal lelah berusaha menarik jasad istrinya.
Anehnya, semakin kuat usaha Amsar menarik jasad istrinya, semakin kuat juga tempayan menindih jasad Fatimah. Amsar semakin dibutakan oleh cinta terhadap istrinya. Dia pun bertekad ingin mati bersama istrinya.
Air laut yang semakin bergelombang, semakin menguatkan niat Amsar untuk mati bersama dengan sang kekasih hati dan belahan jiwanya. Diapun memeluk jasad istrinya. Seusai Amsar kehilangan nyawanya, kondisi laut kembali tenang.
Pantangan yang dilanggar oleh Amsar dan Fatimah ini, memberikan bukti. Karena terbukti, warga Pulau Panggang semakin teguh memegang tradisi. Karang Penganting atau Langka-langka ini pun berbentuk dua orang manusia yang sedang berpelukan.
Beberapa penyelam pun melihat secara langsung bentuk batu karang yang menyerupai dua orang yang tengah berpelukan ini. Sampai saat ini, cerita Amsar dan Fatimah (keduanya nama rekaan), masih beredar dari mulut ke mulut dan menjadi salah satu cerita legenda Pulau Panggang.
the and
Tidak ada komentar:
Posting Komentar