Untuk menangkal terjadinya abrasi akibat gerusan gelombang terhadap pesisir pantai, Taman Nasonal Laut Kepulauan Seribu (TNLKpS) bersama perusahaan minyak lepas pantai yang beroperasi di perairan Kepulauan Seribu yakni PT CNOOC (Ghina National Offshore Oil Corporation) menanam 120 ribu bibit bakau (mangrove) di perairan dangkal Kelurahan Pulau Kelapa, Kepulauan Seribu Utara, Rabu (6/5).
"Lima tahun mendatang diharapakan pohon mangrove ini dapat berguna menangkal terjadinya abrasi khususnya di pulau-pulau pemukiman seperti Pulau Kelapa ini," kata Masyuti Yassin, Staf Devisi Humas PT CNOOC kepada beritajakarta.com.
Menurut Masyuti, penanaman bibit mangrove ini hasil koordinasi PT CNOOC dengan TNLKpS. Selain mengambil manfaat utama dari mangrove yakni sebagai pelindung pesisir pantai dari abrasi, hantaman gelombang, dan sampah di laut, kegiatan ini juga bagian dari coumunnity development (CD) kerena bibit yang ditanam di beli dari warga. "Bibit dibeli dari warga yang kebelakangan ini melakukan pembibitan," ungkapnya.
Usai ditanam, Masyuti berharap warga juga mau peduli dengan menjaga dan merawat bibit hingga tumbuh menjadi pepohonan bakau dewasa. Untuk itu, dalam proses pembelian bibit dilakukan perjanjian tidak mengikat agar penjual turut serta dalam penanaman dan pemeliharaannya. "Pada dasarnya mereka bersedia, karena manfaat dari keberadaan pohon bakau untuk tempat mereka juga," kata Masyuti.
Kepala TNLKpS, Joko Priatna menyambut baik dengan kegiatan penanaman bibit mangrove ini. Dia mengatakan, kepedulian terhadap pelestarian lingkungan khusnya di Kepulauan Seribu harus lebih ditingkatkan. Banyak hal yang menyebabkan kerusakan alam dilakukan oleh tangan manusia yang kurang bertanggung jawab. Padahal, dimasa yang akan datang kerusakan alam itu akan berdampak buruk terhadap kehidupan. "Apa yang yang dilakukan PT CNOOC ini sangat baik, kami yakin di lima tahun kedapan bibit ini akan dapat berguna dalam mencega abrasi," kata Joko.
Ia menambahkan, penenaman bibit mangrove di Kepulauan Seribu dimulai sejak 10 tahun lalu dan di sebelas pulau pemukiman seperti, Pulau Untung Jawa, Tidung, Panggang, Kelapa, dan lainnya pernah dilakukan penanaman, namun hasilnya belum optimal. "Pulau-pulau pemukiman sudah pernah ditanam mangrove, namun kegiatan itu hanya sebatas program dan tidak ada kelanjutannya, bibit mangrove yang ditanam dibiarkan rusak dan hilang dihantam gelombang," ungkap Joko.
Sementara itu, Edi Junaidi, Camat Kepulauan Seribu Utara mengatakan penanaman mangrove sebanyak 120 ribu merupakan program yang memiliki multiplier effect tinggi bagi masyarakat. Dia menjelaskan ada beberapa manfaat dari kegiatan tersebut. Pertama, Manfaat Ekologi yaitu konservasi pulau dan ekosistem disekitarnya sekaligus juga antisipasi bahaya global warming di masa yang akan datang dimana salah satu upaya mengatasi abrasi.
"Manfaat ekonomi, dimana masyarakat dilibatkan secara langsung dalam penyediaan bibit mangrove sehingga dapat menjadi sumber pendapatan alternatif, banyak masyarakat yang meningkat taraf ekonominya karena mendapat kesempatan menyediakan bibit mangrove," jelas camat.
Program ini, lanjut Edi, sangat berpotensi dalam menurunkan angka kemiskinan di Kepulauan Seribu, dan berperan besar terhadap menurunnya angka kemiskinan di Kecamatan Kepulauan Seribu Utara. "Dari 685 rumah tangga miskin (RTM) tahun 2005 menjadi 314 RTM tahun 2008, saya berharap program ini dapat terus dilanjutkan," tandasnya.